![]() |
(Sumber Foto: Pinterest) |
Di dunia Yunani kuno, di antara para dewa dan pahlawan, ada kisah cinta yang tak hanya melibatkan dua jiwa, tetapi juga kekuatan terbesar yang ada di alam semesta—kematian itu sendiri. Kisah itu adalah cerita Orpheus dan Eurydice, sebuah kisah yang merentang antara dunia yang terpisah oleh maut dan cinta yang tak dapat padam.
Orpheus, anak dari Apollo dan seorang nimfa, diberkahi dengan kemampuan yang luar biasa. Suaranya, musiknya, bahkan puisi yang ditulisnya, bisa menggerakkan batu, membuat pohon-pohon menari, dan sungai-sungai berhenti mengalir. Namun, ada satu hal yang tak pernah bisa ia taklukkan—takdir.
Orpheus jatuh cinta pada Eurydice, seorang wanita cantik dan penuh kehidupan. Cinta mereka berkembang begitu dalam, begitu tulus, hingga tak ada yang bisa memisahkan mereka. Namun, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Pada suatu hari, saat Eurydice berjalan melalui padang rumput, ia digigit oleh ular berbisa dan jatuh tergeletak, tak bernyawa. Kepergiannya membawa Orpheus ke jurang kesedihan yang tak terukur.
Sangat terpukul dengan kehilangan ini, Orpheus memutuskan untuk melakukan hal yang mustahil—ia pergi ke dunia bawah, ke kerajaan Hades, untuk memohon agar Eurydice dikembalikan. Dengan harapan yang kuat, ia memainkan lyra-nya, sebuah musik yang begitu menyentuh hati, begitu penuh emosi, sehingga bahkan para dewa dunia bawah—Hades dan Persephone—terharu. Mereka setuju untuk mengizinkan Eurydice kembali, tetapi dengan satu syarat: Orpheus harus memimpin istrinya kembali ke dunia atas, dan ia tidak boleh menoleh untuk melihatnya sampai mereka telah mencapai cahaya dunia.
Dengan hati yang berdebar-debar, Orpheus memulai perjalanannya, menggenggam harapan dan musik di tangannya. Namun, ketidakpastian dan kerinduan yang mendalam membayangi langkahnya. Setiap langkah semakin terasa berat. Setiap bayangan semakin menguji kesabarannya. Ketika ia hampir mencapai ujung perjalanan, tak bisa lagi menahan rasa takut, ia berbalik. Dan di saat itu juga, Eurydice menghilang, ditarik kembali ke dunia bawah, selamanya.
Orpheus, yang sudah kehilangan segalanya, kini kehilangan cintanya untuk selamanya. Dengan hati yang hancur, ia kembali ke dunia hidup, tetapi ia tidak pernah lagi menginginkan dunia yang begitu penuh dengan rasa sakit. Ia tidak pernah bisa mencintai lagi, dan hidupnya berakhir tragis—diyakini bahwa ia dibunuh oleh para wanita yang marah karena penolakannya terhadap mereka.
Kisah Orpheus dan Eurydice adalah kisah tentang cinta yang mengatasi segala hal, bahkan kematian. Namun, itu juga sebuah peringatan—bahwa terkadang, kita tidak dapat melawan takdir, dan bahwa beberapa cinta memang harus dilepaskan, meskipun hati kita berteriak untuk tidak. Kisah ini menggema dalam setiap getaran musik, dalam setiap alunan nada yang membawa kita kembali ke kenangan yang telah hilang.
No comments:
Post a Comment