![]() |
(Sumber Foto: Pinterest) |
Di awal mula, sebelum petir menggelegar atas nama Zeus, sebelum para dewa berkuasa di Gunung Olympus, dunia berada dalam genggaman para Titan. Mereka adalah makhluk-makhluk perkasa, lahir dari langit (Uranus) dan bumi (Gaia), penguasa jagat raya yang tak tersentuh. Namun, di antara mereka, ada satu yang paling kejam—Kronos, sang penguasa waktu, yang tak hanya menaklukkan ayahnya sendiri, tetapi juga menelan anak-anaknya demi mempertahankan takhta.
Namun, takdir memiliki cara tersendiri untuk membalas. Rhea, istri Kronos, tak lagi sanggup melihat anak-anaknya lenyap di dalam perut suaminya. Maka, ketika Zeus lahir, ia menyusun siasat. Dengan hati-hati, ia menyembunyikan bayi mungil itu di sebuah gua di Pulau Kreta, sementara Kronos hanya mendapatkan sebongkah batu yang dibungkus kain.
Zeus tumbuh dalam persembunyian, diasuh oleh nimfa dan diberi makan susu kambing ajaib bernama Amalthea. Ia tumbuh kuat, dengan api pemberontakan membakar di dalam dadanya. Dan ketika saatnya tiba, ia kembali ke istana Kronos, menyamar sebagai pelayan, dan memberikan ramuan yang membuat sang Titan muntah. Satu per satu, saudara-saudara Zeus—Poseidon, Hades, Hera, Demeter, dan Hestia—keluar dari perut Kronos, kini siap untuk berperang.
Apa yang terjadi kemudian dikenal sebagai Titanomachy—Perang Besar antara para Titan dan para dewa muda yang dipimpin Zeus. Dunia bergetar saat petir pertama dilemparkan, saat gunung-gunung runtuh, dan laut mengamuk dalam kemarahan Poseidon. Para Titan bertahan, tetapi Zeus memiliki sekutu yang tak terduga: para makhluk raksasa bermata satu, para Cyclops, yang menghadiahkannya senjata paling dahsyat di dunia—petir.
Dengan kilat menyambar dari tangannya, Zeus menggulingkan Kronos. Para Titan yang setia pada Kronos dikalahkan dan dikurung di Tartarus, penjara tergelap di bawah dunia. Dan dari reruntuhan perang itulah, lahir para penguasa Olympus.
Zeus, kini tak lagi hanya anak buruan, tetapi raja para dewa. Dari takhta di Olympus, ia memerintah dengan petir di genggamannya, mengukir hukum dan nasib bagi manusia dan dewa. Namun, satu hal tetap tak berubah—takdir, seperti waktu, tak bisa benar-benar ditaklukkan. Kronos mungkin telah jatuh, tetapi ramalan-ramalan selalu berbisik bahwa bahkan penguasa langit pun suatu hari akan ditantang.
Begitulah kisah dimulai, bukan dengan ketenangan, tetapi dengan pemberontakan. Sebuah kisah yang membuktikan bahwa bahkan para dewa pun harus berjuang untuk tempat mereka di dunia.
No comments:
Post a Comment