![]() |
(Sumber Foto: Pinterest) |
Malam itu, langit Bandung bukan sekadar gelap—ia memerah, menyala seperti neraka yang turun ke bumi. Api berkobar dari rumah-rumah, gedung-gedung, toko-toko, bahkan gang-gang kecil yang sebelumnya menjadi bagian dari kehidupan warga. Asap hitam membumbung tinggi, menutupi bintang-bintang, sementara dari kejauhan, pasukan Belanda hanya bisa menyaksikan pemandangan yang tak mereka duga. Bandung—kota yang mereka incar—sedang membakar dirinya sendiri.
Peristiwa itu terjadi pada 23 Maret 1946, saat ancaman kembalinya Belanda ke Indonesia semakin nyata. Setelah Jepang menyerah dalam Perang Dunia II, Belanda, yang dulu menjajah Nusantara selama lebih dari tiga abad, mencoba kembali menguasai tanah air dengan membonceng pasukan Sekutu. Bandung, yang saat itu menjadi salah satu kota strategis, berada dalam bahaya besar.
Para pejuang Republik Indonesia tidak tinggal diam. Mereka tahu bahwa jika Bandung jatuh ke tangan Belanda, perjuangan akan semakin sulit. Tetapi mereka juga sadar bahwa dengan persenjataan yang minim, menghadapi pasukan Belanda secara langsung adalah bunuh diri. Maka, sebuah keputusan besar diambil: lebih baik Bandung hancur lebur daripada kembali menjadi sarang penjajah.
Maka, dalam waktu singkat, ribuan warga dievakuasi ke luar kota. Para pejuang dan warga yang tersisa mulai membakar bangunan, gudang amunisi, rumah-rumah, dan fasilitas penting agar tak bisa dimanfaatkan Belanda. Bandung berubah menjadi lautan api, sebuah simbol perlawanan yang membara.
Di antara kobaran api itu, para pejuang tetap bertahan, melakukan perlawanan gerilya, menghambat laju musuh sebisa mungkin. Mereka berjuang bukan untuk menang secara militer, tetapi untuk menunjukkan bahwa Indonesia bukan lagi negeri yang bisa ditaklukkan begitu saja.
Keesokan harinya, saat api mulai mereda, Belanda mendapati sebuah kota yang nyaris kosong dan hancur. Mereka mungkin telah menguasai Bandung, tetapi yang tersisa hanyalah puing-puing dan abu. Kota itu telah dikorbankan, tetapi semangat perlawanan rakyatnya tetap menyala.
Bandung Lautan Api bukan sekadar peristiwa pembakaran kota—ia adalah bukti bahwa kemerdekaan tidak diberikan, melainkan diperjuangkan. Ia adalah kisah tentang keberanian memilih kehilangan segalanya daripada tunduk kembali pada penjajahan. Dan hingga hari ini, nyala api Bandung masih hidup dalam semangat perjuangan bangsa, mengingatkan kita bahwa ada saat di mana membakar sesuatu bukanlah tanda kehancuran, melainkan awal dari kebebasan yang sejati.
No comments:
Post a Comment